Selasa, 22 Mei 2012

Nilai Kehidupan


Kring...Kringg.....alarm berbunyi membangunkanku dari dunia ilusi, tak terasa ternyata sudah jam 06.35, aku langsung teringat akan tanggal.. yah hari ini adalah hari dimana aku dan teman-teman SMA ku akan mengadakan reuni di sekolah , hampir 15 tahun lamanya kami tidak bisa berkumpul bersama, duduk, bercanda ria bak seorang remaja..
kusempatkan diri untuk melihat ruangan sudut kamar ini sambil memandangi istriku yang lelap tertidur, lama aku merenung untuk mengingat masa SMA ku..

Tiba-tiba istriku bergeser sambil berkata "hhhooaaammmm" kenapa merenung Rey tanya dia kpadaku.. Gak ahk,, cuman menikmati kantuk aja nya sahutku sembari melihat senyumannya yang manis...
uda bangun yah? tanyaku kembali,,, ya udalah skarang kan kita ada acara reunian dengan teman SMA mu sayang jawabnya pelan sambil bergegas duduk  mengangkat tangannya ke atas.. jam brapa acaranya dimulai rey? jam 9 nan lah sahutku lagi sambil berjalan menuju keluar dari dalam kamar..

sekedar pemberitahuan,, aku adalah Rey pemuda sederhana yang tinggal di daerah dusun tanah jawa, rumah kami juga sederhana yang hanya diisi oleh perkakas tua pemberian keluarga ibuku yang tak juga jauh tinggal dari rumah kami...dearni adalah istriku sekaligus teman satu angkatanku , namun dia berbeda sekolah denganku, dia juga adalah teman-teman satu SMA ku dulu, jadi dia dan aku dikenal dekat oleh hampir semua teman-teman satu angkatanku...hhhooaaammmmsss,,,, mandilah sana?? aku mau beresin tempat tidur ini, nantti kalau kita kelamaan berangkat bisa ketinggalan angkot,,, sapa istriku sambil memutar acara radio pagi..singkat cerita jam sudah menunjukkan angka 9, aku dan istriku pun sudah siap berangkat ke sekolah dimana tempat kami reunian,,,

namun sesampainya di sekolah, perlahan aku mulai ragu untuk melangkahkan kaki ini. Rasanya ingin aku menghilang dari tempat ini. ingin aku menutup wajahku dan berlari menjauh. namun istriku terlihat begitu santai dengan ini semua. istriku sama sekali tidak mempedulikan tatapan mata mereka semua. Walaupun mereka semua adalah sahabat SMA kami dulu, namun tatapan mereka padaku telah berubah.

Wajar saja, ini adalah reuni SMA kami setelah 15 tahun. Sahabatku semua sudah berubah .wajar saja istriku juga dikenali temanku karna dia sering aku ajak ke sekolahku sewaktu kami pacaran dulu,,  kami berdua menghadiri reunian ini dan berharap bisa bernostalgia dengan masa-masa SMA dulu. Namun semua berbeda dari apa yang aku harapkan...

"Re, apa kabarmu?, dimana kau bekerja?" kata dian seraya menepuk bahuku.
"em, aku melanjutkan sawah ayahku sekaligus jagain warnet teanggaku" kataku...
"hahaha. Hebat. Kalau begitu kau harus konsultasi dengan saut dan tuntun. Mereka itu sarjana pertanian dan sarja komputer." Kata dian terlihat bersemangat menunjuk mereka..


"……." Aku diam.

"dengar-dengar dia ingin mengambil gelar doktor di jurusan itu. Yaah, mungkin tidak ingin kalah dariku. hahaha" kata dian melanjutkan. Aku semakin membisu.,,

Mengapa mereka semua membicarakan hal-hal seperti ini?. Aku pikir reuni ini untuk mengenang kembali masa-masa dulu. Aku pikir reuni ini untuk melepaskan rasa rindu pada kenangan masa dulu. Mengapa mereka membicarakan sesuatu yang sama sekali tidak aku mengerti?. Mengapa aku merasa terasing disini?.


Ruangan ini terlalu dipenuhi oleh kemewahan. Masing-masing sahabatku telah menjadi orang yang sukses. Sementara aku dan istriku hanyalah dua orang dari keluarga yang sederhana. Kami berdua menikah setelah lulus SMA dan tidak melanjutkan pendidikan seperti sahabat-sahabatku yang lain.


Aku memperhatikan wajah istriku dari kejauhan. Wajahnya ceria, sama seperti dua puluh tahun yang lalu. Mengapa aku tidak bisa seperti dia?, ceria dan percaya diri menghadapi teman-temanku. Apakah karena aku memperhatikan baju istriku yang mulai terlihat kusam. Itu adalah satu-satunya baju yang bagus miliknya. Itu aku belikan 15 tahun yang lalu saat acara ulang tahunnya..

Semakin minder aku melihat teman-teman wanitanya yang kini terlihat modis dan anggun dengan perhiasan yang melingkar di jemari dan tangan mereka. Sementara istriku hanya memiliki satu cincin emas yang aku belikan saat pernikahan 16 tahun yang lalu. Melihat pakaiannya yang kusam, ingin rasanya aku menangis...

Aku berjalan mendekatinya dengan gemetar. Aku akan mengajaknya pergi dari ruangan yang membuat aku sesak ini. Aku merasa telah gagal menjadi suami yang bisa memberikan kebahagiaan padanya. Aku harus mengajaknya pergi sebelum dia menyadari, hanya kami berdua yang terlihat kumuh disini.

"Dearni, lihatlah ini. Pacarku membelikan tas ini saat dia pulang dari Perancis. Kau tahu?. Harganya ini sama dengan seratus tas biasa disini." Kata Ellen berbicara pada istriku. "ohh, kau Andrey kan?, kau suami Dearni kan?" tanya Ellen.

"iya" jawabku singkat. Aku kemudian menatap dearni dan menggangukkan kepala mengajaknya pergi. Tapi dearni, Istriku hanya tersenyum. Dia lalu melanjutkan perbincangannya dengan Ellen.

"iya len, tasmu bagus" kata istriku sambil tersenyum.
"Gimana, kamu ingin membeli tas yang seperti ini?" tanya Ellen menggebu.
"hehe, Nggak usah. Tasku ini sudah cukup mewah" kata istriku.
"mewah?, itukan hanya tas yang harganya biasa?" tanya Ellen meremehkan.
"mungkin tak berharga, tapi nilainya untukku sangat berarti" kata istriku.
"Nilai?" tanya Ellen bingung.

"Benar. Ini adalah hadiah pernikahan yang diberikan suamiku. Dan nilainya tidak bisa di beli oleh uang berapapun." Kata Istriku seraya memeluk lenganku. April diam seribu bahasa, lalu berlalu pergi dengan senyuman sinis.

Dadaku bergetar hebat. Aku merasakan bahagia dan haru dalam waktu yang sama. membuatku merasa lebih kuat dan lebih berani jauh dari sebelumnya. Aku merasa sangat bangga dan percaya diri kembali. Kemudian Kami mengikuti acara reunian ini sampai akhir.

***
Saat kami berpisah dengan sahabatku, aku bisa tersenyum seperti dulu. Meski mereka pulang dengan kendaraan mewah, aku tak peduli. Lalu di dalam angkot menuju pulang kerumah, aku bertanya pada istriku.

"kamu serius waktu tadi bicara pada Ellen?" tanyaku.

"tentu saja sayangku. Didunia ini ada hal yang berharga yang mampu dibeli oleh mereka yang punya uang. Namun hal-hal yang bernilai tidak semua orang mampu memilikinya." Kata dia sambil tersenyum.

Aku memegang tangannya. Dia bersandar dibahuku sambil menikmati pemandangan lewat kaca angkot yang buram. Saat ini aku benar-benar bahagia. Namun aku juga berjanji akan berusaha lebih keras lagi untuk membuat istriku ini bahagia. Aku berjanji akan mengisi kehidupanya dengan hal-hal yang jauh lebih bernilai dan berharga.

Aku lama memperhatikan wajahnya yang cantik. Ku eratkan genggaman tanganku. aku meneteskan bulir air mata bahagia. Lalu aku berkata dalam hati
"ya tuhan, terimakasih kau telah mengizinkan aku menjadi pendamping wanita yang sederhana ini. Sungguh, aku benar-benar mencintai wanita ini."

0 komentar:

 
Jalanilah - hidup - ini -dengan - apa - adanya